Candi Borobudur merupakan salah satu monumen Buddha terbesar di dunia dan dikenal sebagai keajaiban arsitektur kuno. Candi ini dibangun pada abad ke-8 dan 9 oleh Dinasti Syailendra di bawah pemerintahan Raja Samaratungga di wilayah Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun dalam periode sekitar 75 tahun, candi ini merupakan simbol kejayaan agama Buddha pada masa itu, serta mencerminkan kemampuan teknik arsitektur yang sangat maju pada zamannya.
Proses Pembangunan
Borobudur dirancang sebagai stupa raksasa yang terdiri dari sembilan tingkat, dengan enam tingkat berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran. Di puncaknya terdapat stupa utama yang besar. Candi ini dibangun menggunakan lebih dari dua juta balok batu andesit yang dipotong dan disusun tanpa menggunakan perekat modern. Struktur ini didirikan di atas bukit alami dan memiliki desain mandala, yang mewakili alam semesta dalam pandangan kosmologi Buddha.
Salah satu keunikan pembangunan Borobudur adalah metode penyusunan batu yang rapat tanpa menggunakan perekat. Batu-batu ini diukir dengan detail halus, menggambarkan adegan-adegan dari kehidupan Buddha, serta prinsip-prinsip ajaran Buddha.
Filosofi dan Arsitektur
Arsitektur Borobudur mencerminkan kosmologi Buddha yang kompleks. Candi ini dirancang dengan konsep perjalanan spiritual menuju pencerahan. Pengunjung mulai dari tingkat terbawah, yang mewakili dunia keinginan (Kamadhatu), lalu naik ke tingkat dunia bentuk (Rupadhatu), hingga mencapai dunia tanpa bentuk (Arupadhatu) di bagian atas. Setiap tingkat candi dipenuhi dengan relief yang menceritakan kisah-kisah ajaran Buddha.
Relief Borobudur mengisahkan kehidupan Siddhartha Gautama, perjalanan spiritual menuju Nirwana, serta berbagai ajaran moral dan etika yang diajarkan dalam agama Buddha. Ada lebih dari 2.600 panel relief yang tersebar di dinding candi, menjadikannya salah satu koleksi seni relief terbesar di dunia.
Kemunduran dan Restorasi
Setelah masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno, Borobudur mengalami penurunan pamor dan perlahan terkubur oleh lapisan abu vulkanik dan vegetasi. Candi ini ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke-19 ketika Jawa berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris.
Upaya restorasi besar-besaran dilakukan pada abad ke-20, dengan bantuan UNESCO, yang kemudian menetapkan Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1991. Proses restorasi melibatkan penggalian, pemugaran, dan pengaturan ulang balok-balok batu yang rusak.
Kesimpulan
Candi Borobudur adalah bukti luar biasa dari keahlian arsitektur dan spiritualitas pada masa kuno. Dibangun dengan teknologi yang menakjubkan untuk zamannya, Borobudur tidak hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga monumen budaya yang memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang mendalam. Hingga kini, Candi Borobudur tetap menjadi tujuan wisata spiritual dan pendidikan yang penting bagi Indonesia dan dunia.